Pages

Sabtu, 20 Agustus 2011

29 Juni 2011

Kau bertanya padaku ?
Mungkin aku takkan menjawab
Aku tau
Kau sudah tau
Tapi kau terlalu membenci
Takkan mungkin
Sudah, lupakan
Abaikan, jangan ada dibelakang
Aku ?
Kau takkan tau bagaimana rasanya

Sabtu, 13 Agustus 2011

Confusing Things

ada beberapa hal yang masih membingungkan buatku. membingungkan karena, terkadang aku sangat membencinya, tapi terkadang juga aku bisa menyukainya. aneh. tapi aku suka keanehan itu.

hujan. entahlah. sampai sekarang aku masih bingung. dulu, aku sangat menyukai hujan. mungkin didukung dengan realita yang terjadi waktu itu. ah. waktu itu. aku memang membutuhkan hujan. bayangkan, anak kecil yang rapuh belum mengerti apa apa harus hidup dengan beban orang dewasa. mungkin sekitarku ingin membuat aku tumbuh dewasa sebelum waktunya. aku didik untuk bisa menerima semua fakta yang harusnya bisa dipatahkan oleh orang orang terdekatku. yah, mungkin itu aku waktu dulu. seorang anak kecil yang tidak bisa apa apa. yang cuma bisa memendam semuanya. karena itu aku butuh hujan. karena saat hujan, aku bisa menghapus semua jejak yang melumuriku dengan lumpur. aku tidak suka masa kecilku. aku membencinya. aku tidak tumbuh seperti anak yang lainnya. aku lebih sering termangu didepan jendela. memeluk lutut dan menangis. melihat buliran air hujan yang menyentuh jendela. dingin. dan aku sendiri. masa lalu selalu ada untuk menciptakan emosiku. Tapi sekarang, aku benci hujan. sudah terlalu banyak hujan. aku sudah muak. aku bukan lagi anak kecil yang bisa terpaku dibawah hujan. aku lebih memutuskan untuk berlari. menghindari hujaman air hujan. rasanya tidak seperti dulu. hujan itu seperti hujan jarum yang entah datang dari mana.

senja. aku tumbuh di kota atau orang kota menyebutnya "kampung" yang dekat dengan pantai. bukan hal yang baru lagi jika aku melihat matahari yang tenggelam diujung laut sana. indah. memang semua itu indah, seperti lukisan di kanvas yang sangat besar. semburat warna jingga dan merah bercampur dan terpantul dicermin besar. kau bisa melihat detik detik terakhir untuk hari tanpa matahari. tenang. tapi sekarang aku tinggal di kota, aku bukan lagi orang "kampung" seperti kata mereka. ya, aku orang kota yang tinggal dikota mereka. senja bukan lagi menjadi lukisan indah. senja hanya lukisan yang disimpan didalam gudang entah telah berapa lama. menjadikan semua warnanya usang. aku tidak suka senja. karena suasananya begitu senyap. seakan tidak ada lagi hari esok. gelap. ada sesuatu yang ganjil di perpindahan waktu ini. tentu saja. semua berbeda. semua bukan lagi hal yang sama. entah darimana aku mendapat teori seperti itu. mungkin karena itu, aku menjadi seorang yang berbeda. menjadi anak yang aneh. aku menyukai benci senja. entahlah, gelap bukanlah sesuatu yang indah dipandang. bahkan, aku bisa melihat "aku' yang sudah dewasa". berjalan tanpa alas kaki. entah hendak kemana. mata yang menyeringai. itu bukan aku. tapi aku separuh dari dia. karena aku sudah berbeda. aku menjadikan diriku seseorang yang kosong. melakukan sesuatu begitu saja. tanpa ada perintah dari otak. mungkin, otakku juga sudah terendam dilautan sana.

dua. satu perempuan bodoh dan satu lagi nona sok tau. entahlah. kadang aku enggan mengakui bahwa aku menyayanginya menyukainya. perempuan bodoh adalah perempuan yang tidak tau dan tidak akan pernah tau bahwa sampai sekarang aku masih menyayanginya. bukan berarti aku masih ingin memilikinya. dia sungguh bodoh, karena dia tidak tau apa yang ada di benakku. dia tidak pernah tau apa yang ada di hatiku. bahkan dia memang tidak ingin tau apa yang ada otakku selama ini. dan aku benci orang yang mensia-siakan perasaanku. aku benci orang yang menganggap remeh tentang cinta. terserah aku akan dikatakan gila atau berlebihan. tapi ini aku, terserah padaku. jika kau memang tidak tau, lebih baik bungkam !! ya seperti nona itu, nona yang sok tau. yang seakan akan mengerti segala tentang diriku. jangan berpikir jauh kalau kau belum bisa memindainya. kau belum tau siapa aku. bahkan beberapa dariku tidak kuketahui. kau hanya cukup mengerti, bukan berarti menyelami. aku tau tentang perasaanmu. semuanya. bukan akrena aku sok tau. karena memang aku tau. ingat, apa yang pernah aku katakan. bukan hanya kebetulan, karena memang aku bisa mengetahuinya, entah darimana. tapi, tenang. kalian berdua. masih ada. disini.

mungkin orang akan berpikir bahwa aku benar benar gila. ya, tentu saja. memang aku gila. gila karena tidak pernah menemukan pinggiran untuk menepi. arrghhh. emosi. biar saja. dunia ini juga sudah rapuh. tenanglah. tidak akan lama lagi. dunia juga sudah terlalu pusing untuk berputar setelah berjuta juta tahun. kelak ia akan berhenti.

Senin, 08 Agustus 2011

My Impossible Dream

 Impossible dream
by Luther Vandross

To dream the impossible dream
To fight the unbeatable foe
To bear with unbearable sorrow
And to run where
the brave dare not go
To right the unrightable wrong
And to love pure and chaste from afar
To try when your arms are too weary
To reach the unreachable star
This is my quest
To follow that star
No matter how hopeless
No matter how far
To fight for the right
Without question or pause
To be willing to march,
march into hell
For that heavenly cause
And I know
If I'll only be true
To this glorious quest
That my heart
Will lie peaceful and calm
When I'm laid to my rest
And the world will be
better for this
That one man, scorned
and covered with scars,
Still strove with his last
ounce of courage
To reach the unreachable,
the unreachable,
The unreachable star
And I'll always dream
The impossible dream
Yes, and I'll reach
The unreachable star 

bermimpi. ya, mungkin disebuah biodata bisa saja pekerjaanku adalah "seorang pemimpi'. apa salahnya bermimpi. sekalipun mimpi yang terlalu jauh untuk diraih. mungkin mimpi adalah sebuah panutan hidup. bermimpi sama saja seperti tirai yang ditiup angin. terombang ambing mencari tempat untuk berpijak.